Dalam buku In Search of Excellence (Tom Peters & R.H.
Waterman), ada secuil cerita menarik yang mereka dengar dari Gordon Siu.
Siu menceritakan tentang eksperimen di mana beberapa ekor lebah dan
beberapa ekor lalat ditempatkan di dalam sebuah botol. Botol tersebut
lalu diletakkan horisontal (memanjang) dengan bagian pantatnya yang
tertutup dihadapkan ke jendela yang terkena sinar matahari, sementara
bagian leher botol yang terbuka membelakangi jendela.
Lebah-lebah, yang terkenal sebagai salah satu serangga tercerdas,
mati-matian berusaha keluar dari botol dengan terbang menuju ke arah
cahaya (jendela). Karena cerdas, mereka berusaha mencari jalur terdekat
untuk pulang ke rumah. Karena itu, mereka bertekad terbang menuju ke
arah jendela apa pun resikonya. Namun karena arah tersebut tertutup
bagian belakang botol, usaha mereka berakhir tragis. Para lebah akan
mencoba terus sampai mati kecapaian.
Sementara lalat, yang terkenal sebagai serangga bodoh dengan otak
secuil, terbang kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Walau demikian,
perlahan-lahan tapi pasti, satu per satu dari mereka berhasil menemukan
jalan keluar melalui leher botol.
Apa artinya hasil eksperimen tersebut buat kita?
Kecerdasan dan ketekunan belaka ternyata bukanlah modal utama buat
sukses, terutama bila kondisi berubah drastis. Tujuan kita boleh tetap,
tetapi kita terkadang harus mengambil jalan memutar bila ingin sampai
di tujuan. Lebah yang cerdas memang akan mencapai tujuan lebih cepat
dibanding lalat bila tidak ada halangan, tetapi bila ada halangan
menanti atau lingkungan berubah (terperangkap di dalam botol yang
diletakkan membelakangi jendela), sikap keras kepala mereka akan
berbuah bencana. Justru upaya coba-coba yang dilakukan lalat adalah
strategi yang lebih tepat.
Kecerdasan dan keahlian sering juga membutakan kita dengan membuat kita melihat masalah melalui kaca mata kuda. Bila kita memegang palu, semua kelihatan seperti paku. Kita
hanya bisa melihat satu arah saja tanpa mempertimbangkan kemungkinan
lain, sementara untuk menghadapi perubahan, fleksibilitas lebih
dibutuhkan.
Hal yang sama juga berlaku untuk penentuan strategi perusahaan
dan rencana masa depan pribadi. Dalam konteks dunia yang berubah cepat
ini, apakah strategi yang Anda jalankan mengikuti cara lebah yang keras
kepala, atau lalat yang mencoba berbagai alternatif lain ketika menemui
kegagalan?