Monday, January 6, 2014

Lima Persiapan Menjadi Investor Reksadana Tahun 2014 (By: Rudiyanto - Head of Operation and Business Development PT. Panin Asset Management)


Berikut ini adalah 5 hal yang harus dicermati oleh investor agar siap menjadi investor reksa dana pada tahun 2014:


1. Tapering Off oleh The Fed

Kebijakan pengurangan stimulus secara bertahap memang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan bursa pada tahun 2013. Sebelum kebijakan ini diumumkan asing secara bertahap menarik portofolio investasinya di Negara berkembang termasuk di Indonesia.


Per tahun 2013, data menunjukkan posisi net buy sell sudah – 25 triliun lebih. Artinya jumlah investasi yang ditarik bukan hanya dana yang masuk pada tahun ini saja, tapi juga dana yang ditarik pada investasi tahun-tahun sebelumnya.


Apakah hal ini berarti investor sudah mengantisipasi tapering yang lebih besar? Bisa jadi, sebagai informasi sejak isu digulirkan, pasar memprediksikan pengurangan sebesar 10 – 20 Milliar USD. Pada saat diumumkan baru dilakukan sebesar 10 Milliar USD. Dengan demikian, kondisi IHSG sekarang bisa dikatakan sudah mencerminkan kondisi tapering dalam skala yang lebih besar.


Rasa-rasanya tidak mungkin juga asing menarik “seluruh” investasi dari Indonesia mengingat tidak semua investasi dilakukan menggunakan dana stimulus, dan Indonesia sendiri masih merupakan tujuan investasi yang menarik dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang termasuk tinggi dibandingkan Negara lain.


Pengurangan stimulus (tapering) ini bisa dilihat dari 2 sisi, pertama berkurangnya dana untuk investasi bursa. Di sisi lain, terjadi pemulihan di Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia. Terjadinya pemulihan pada akhirnya akan merangsang konsumsi dan permintaan ekspor dari Negara berkembang seperti Indonesia.


2. Pajak Obligasi Pada Reksa Dana

Di luar hal yang bersifat makro ekonomi, permasalahan pajak pada reksa dana juga menjadi perhatian sebagian besar investor. Dalam peraturan pemerintah no 16 tahun 2009, disebutkan bahwa atas penghasilan berupa bunga (kupon) dan atau diskonto obligasi yang diterima oleh reksa dana dikenakan pajak penghasilan 0% dari tahun 2009 – 2010, kemudian 5% untuk tahun 2011 – 2013 dan baru 15% (normal) pada tahun 2014 dan seterusnya.

Pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang berkomitmen untuk memperjuangkan keringanan pajak reksa dana dengan tetap memberlakukan besaran pajak sebesar 5% hingga 2020, namun hingga artikel ini ditulis, belum ada peraturan resmi terkait hal tersebut. Mudah-mudahan pada saat artikel ini dipublikasikan, hal tersebut sudah terealisasi.


Namun yang saya cermati, ada sebagian investor yang salah dalam menerjemahkan peraturan perpajakan ini. Sebagian malah mengira reksa dana yang sebelumnya bukan objek pajak, malah akan dikenakan pajak pada tahun 2014.

Perlu diluruskan bahwa yang dibahas dalam peraturan ini adalah hasil investasi reksa dana di obligasi. Artinya sebagai orang-perseorangan, ketika berinvestasi di obligasi, atas penghasilan kupon dikenakan pajak 15%. Namun jika peraturan tersebut berhasil diwujudkan, maka jika reksa dana membeli obligasi, penghasilan kupon yang diterima hanya dikenakan pajak 5%. Hal ini akan membuat reksa dana lebih menarik karena mampu menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi.


3. Kondisi Inflasi dan Suku Bunga

Ada 2 hal yang menyebabkan kenaikan suku bunga pada tahun 2013. Pertama, imbas kenaikan harga BBM dan kenaikan beberapa harga barang kebutuhan hidup pada tahun lalu seperti harga daging sapi, kedelai dan cabe. Kedua, kondisi defisit neraca perdagangan membuat pemerintah ingin memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dengan harapan dapat menekan laju impor.


Secara historis dan teoritis, kenaikan suku bunga berefek negatif terhadap pasar saham dan obligasi dan sebaliknya ketika kondisi suku bunga turun, efeknya sangat positif. Oleh karena itu, apakah tahun 2014 suku bunga bisa turun atau tidak.


Mengacu ke pengalaman sebelumnya, efek inflasi akan mereda 1 tahun setelah terjadi kenaikan BBM. Dengan demikian, diperkirakan pada bulan Juli atau Agustus tahun depan, inflasi bisa menurun sehingga suku bunga berpeluang turun.


Sementara untuk kondisi Current Account Defisit (CAD), meski belum bisa pulih dengan cepat, namun kondisi terburuk sudah lewat. Diperkirakan permintaan ekspor bisa meningkat pada tahun depan karena pelemahan Rupiah dan Negara importir besar seperti Amerika dan Uni Eropa juga akan memasuki masa pemulihan.


4. PEMILU dan Pilpres 2014

Meski PEMILU dan Pilpres menjadi kekhawatiran, saya malah menemukan suatu statistik yang menarik tentang kinerja IHSG di tahun Pemilihan Umum. Pada tahun PEMILU tahun 1999, IHSG naik 70.06%. Kemudian pada tahun 2004 yang menganut PEMILU dan Pilpres, IHSG kembali naik 44.56%. Tahun 2009 juga menjadi tahun yang gemilang untuk bursa karena naik 86.98%.


Dalam 3 periode PEMILU yang terakhir yang juga dilingkupi dengan ketidakpastian, ternyata IHSG mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Saya menduga, hal ini disebabkan karena kekhawatiran yang berlebihan, investor memilih wait and see.


Setelah pemenangnya sudah bisa dipastikan, investor mendapatkan kepastian sehingga bisa menjalankan kegiatan investasinya. Hal ini yang menurut saya membuat kenaikan IHSG cukup tinggi di tahun PEMILU. Meski demikian, perlu diingat bahwa kinerja masa lalu tidak menjadi acuan akan kembali terulang di masa mendatang.


5. Valuasi dan Kinerja Emiten

Sebagai investor yang berbasis value investing, faktor valuasi merupakan hal yang penting. Untuk kinerja emiten 2014, diperkirakan tidak akan lebih baik dibandingkan dengan kinerja pada tahun 2014 karena kebijakan perlambatan ekonomi yang diambil oleh pemerintah.

Tingkat kenaikan laba bersih perusahaan yang berkisar antara 15% – 20% per tahun mungkin akan turun menjadi sekitar 12% – 15% pada tahun depan. Namun di satu sisi, pergerakan IHSG sudah stagnan selama 2013.


Dengan asumsi kinerja IHSG akan mencerminkan kenaikan laba bersih perusahaan yang terkandung di dalamnya, maka logikanya IHSG akan menyesuaikan kenaikan laba bersih 15% – 20% di tahun 2013 dan kenaikan 12% – 15% di tahun 2014. Berdasarkan asumsi tersebut, saya cukup optimistis kenaikan IHSG bisa naik minimal 20% pada tahun kuda ini. Untuk obligasi, apabila terjadi penurunan tingkat suku bunga, potensi kenaikan juga bisa di atas 10%.


2014 in Summary


Demikian artikel ini semoga bermanfaat bagi anda untuk lebih siap dalam menjadi investor reksa dana di tahun 2014 ini.
Sumber: http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/01/02/5-persiapan-menjadi-investor-reksa-dana-2014/#more-4014