Friday, July 1, 2011

The Face of Contradiction

" Sebuah piano umumnya memiliki dua warna tuts, satu berwarna putih dan satu lagi berwarna hitam. Sebuah komposisi lagu bisa dimainkan hanya dengan salah satu warna tus tersebut, namun kebanyakan komposisi yang indah memainkan keduanya sehingga terciptalah lantunan nada yang harmonis."
 "Kontradiksi"....sebuah istilah yang sangat dijauhi oleh para saintis sejak dahulu kala. Sebuah teori dikatakan elegan, indah, dan bagus adalah teori yang sama sekali tidak memiliki kontradiksi di dalamnya....mulai dari jamannya Anaxigoras sampai ke jamannya Imanuel Kant, dari Archimedes sampai ke Karl Marx....sepanjang era perkembangan metode ilmiah dalam konstruksi sebuah teori, sangat dihindari yang namanya "Kontradiksi".

Sederhananya kontradiksi adalah ketidakkonsistenan dari sebuah teori/postulat. Menurut wikipedia hukum kontradiksi adalah:
"Hukum kontradiksi atau principium contradictionis (Bahasa Inggris: law of contradiction) adalah aturan yang menyatakan bahwa tidak mungkin sesuatu itu pada waktu yang sama adalah sesuatu itu dan bukan sesuatu itu. Maksudnya: mustahil sesuatu itu adalah hal satu dan bertentangan pada waktu yang bersamaan."
Namun sepanjang perkembangan peradaban manusia "lomtradiksi' selalu hadir dan mengahntui diberbagai ranah ilmu pengetahuan. Mulai dari filsafat yang sering dianggap sebagai rajanya pengetahuan, Matematika (he Queen of Science) samapai ke ilmu logika formal, dari fisika samapai ke genetika selalu didapati kontradiksi di dalamnya. Di ranah perjalanan Kitab Suci pun tak luput dari yang namanya kontradiksi. Dalam tataran ilmu ekonomi pun dari aliran Keynes pun sebenarnya sudah ditemukan adanya kontradikisi, hanya saja pada waktu itu belum mengemuka. Kontradiksi dalam ekonomi benar-benar muncul ke permukaan saat Karl Marx mengungkapkannya dalam Das Kapital. Dia menjelaskan adanya kontradiksi nilai dari material yang kita gunakan, dalam sebuah komoditi terkandung Nilai Guna dan Nilai Tukar yang saling berkontradiksi. Kita berusaha untuk mendapatkan sebuah komoditi dengan harga semurah mungkin, namun menurut beliau ada perilaku aneh dalam diri manusia, dimana komoditi tadi terkadang bukannya digunakan untuk sendiri akan tetapi bisa dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan. Di sini peranan Nilai Tukar dari sebuah komoditi menjadi perhatian utama.

Lalu bagaimana dengan kehidupan sehari-hari kita? 

Saya kira, sudah jelas bahwa kita akan selalu menghadapinya dalam semua aspek kehidupan. Dalam dunia kerja, kita yang positif pastilah dengan penuh semangat untuk memberi yang terbaik kepada perusahaan tempat dimana kita bekerja, akan tetapi disaaat yang sama sebenarnya kita juga sedang menanam benih yang kemudian hari dapat berbuah dengan baik untuk kita petik, yaitu promosi dalam segala bentuknya. Di sini saya tidak akan bahas hal ini dikaitkan dnegan masalah moral etis, barangkali dilain waktu kita akan bahas.

Bagaimana sikap kita terhadap kontradiksi-kontradiksi ini? 

Karl Popper, seorang filsuf ternama mengatakan "Akan sangat berbahaya bagi sebuah ilmu pengetahuan jika sudah tidak ada yang dapat dipertanyakan atau dipermasalahkan lagi terkait dengan kesahihannya."

Engels pun bernada serupa, beliau mengatakan bahwa kontradiksi akan selalu ada dalam segala bentuknya, namun keberadaannya ini lah yang akan membuat peradaban, ilmu pengetahuan, kebijaksanaan umat manusia akan semakin berkembang.
Saya sendiri menyikapi hal ini sebagai bagian dari pencarian dan perjuangan umat manusia untuk terus menerus menjadi serupa dengan Sang Khalik. Saya teringat akan sebuah janji dalam sabdaNya yang mengatakan: 
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahakan kepadamu." (Matius 6:33)
Berdasasrkan janji tersebut, saya memandang bahwa segala kontradiksi-kontradiksi yang ada akan selalu ada. Namun keberadaanya pula lah yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kemajuan peradaban umat manusia, lebih khusus lagi dari pencarian manusia akan rahasia kehidupan atau upaya manusia untuk memahami segala dinamika dari alam semesta ini beserta isinya dengan segala kompleksitasnya.
Dan janji itu sedang dalam penggenapannya menurut saya!

Iya, sudut pandang yang saya gunakan di sini dengan melihat perkembangan yang sedang terjadi dalam dunia ilmu pengetahuan dimana keberadaan kontradiksi-kontradiksi tadi sedang dan sudah memiliki wadah pencarian yang menamakan dirinya teori kompleksitas, teori chaos, teori kuantum, teori relativitas, dll. 

Dimana  para ilmuwan semakin menyadari bahwa ilmu pengetahuan masih jauh dari sempurna dan dalam upaya untuk mencapainya memiliki arah dari yang tadinya bersifat reduksionis mulai masuk ke dalam eksplorasi secara holistik. 

Dalam kerendahhatian sebagai insani ciptaanNya, keberadaan kontradiksi akan terus ada samapai segala sesuatunya sudah tergenapi. 

Jadi segala kontradiksi yang terjadi hendaknya dipandang sebagai suatu peluang bagi kita untuk terus maju, sebagai kesempatan untuk dapat memahami segala kompleksitas alam semesta ini di dalam kerendahhatian sebagai ciptaanNya. Sehingga kontradiksi-kontradiksi ini akan menjadi bagian tak terpisahkan dari pengungkapan rahasia terbesar alam semesta.

No comments:

Post a Comment